Bandung, Jemari News – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menjajaki peluang kerja sama pengolahan sampah dengan Qinglv Environment, perusahaan teknologi pengolahan sampah asal Tiongkok.
Teknologi “mini sorting plant” yang diusung Qinglv menjadi sorotan karena mampu menyortir 100 ton sampah per hari hanya di lahan seluas 1.600 meter persegi.
Chairman Qinglv Environment, Wu Jianyang menyampaikan, perusahaannya telah berpengalaman mengembangkan proyek pengolahan sampah sejak 2009.
“Fokus utama kami saat ini adalah pengolahan sampah kota, dan kami sudah memiliki pengalaman membangun fasilitas di berbagai wilayah di Tiongkok, termasuk di pusat kota Guangzhou,” ujarnya di Balai Kota Bandung, Jumat 25 Juli 2025.
Qinglv Environment menonjolkan keunggulan teknologi mereka dalam menyortir sampah secara efisien di lahan terbatas.
Salah satu proyek andalan mereka di Guangzhou hanya membutuhkan lahan 1.600 meter persegi untuk menyortir 100 ton sampah per hari, dengan tingkat pemanfaatan ulang sumber daya mencapai 90 persen.
Proyek mini seperti ini disebut ideal diterapkan di kota seperti Bandung yang menghadapi keterbatasan lahan.
Selain itu, teknologi mereka mencakup pemilahan otomatis, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), dan pabrikasi mesin mandiri.
Wu menyebut, sistem ini sudah diterapkan di kota-kota padat seperti Guangzhou, bahkan untuk sampah dari landfill yang telah tertimbun puluhan tahun.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, melihat potensi teknologi tersebut sebagai solusi untuk kondisi Bandung yang memiliki lahan terbatas dan produksi sampah tinggi.
“Kapasitas 100 ton per hari di atas lahan 1.600 meter persegi tentu sangat menarik. Kita perlu lebih banyak fasilitas seperti ini,” ujarnya.
Farhan menambahkan, Bandung tidak akan mengandalkan model waste-to-energy seperti di kota lain.
“Kami ingin membangun ekosistem terbuka yang inklusif. Tidak hanya andalkan satu teknologi besar, tapi berbagai inovasi skala menengah dan kecil yang bisa cepat diterapkan,” jelasnya.
Diskusi juga membahas tantangan seperti kualitas plastik yang rendah dan permasalahan operasional, seperti air limbah dari truk pemadat sampah.
Delegasi Qinglv menjelaskan, sistem mereka tidak memerlukan pengeringan, namun tetap butuh proses pembersihan plastik secara menyeluruh sebelum didaur ulang.
Qinglv juga memperkenalkan solusi pengolahan sampah menjadi bahan bakar industri (Solid Industrial Fuel/SIF) dan kompos, selain menjual bahan daur ulang.
Delegasi Tiongkok dijadwalkan mengunjungi beberapa fasilitas pengelolaan sampah di Bandung, seperti Cicukang Holis, Gedebage, Tegalega, dan Nyengseret.
Pemerintah Kota Bandung ingin agar mereka melakukan penilaian langsung untuk menyesuaikan teknologi dengan kondisi lapangan.
Dengan volume sampah mencapai hingga 1.800 ton per hari, Farhan berharap kolaborasi ini bisa mengarah pada perbaikan sistem pengelolaan yang lebih efisien, higienis, dan berdampak nyata bagi warga.
“Kita sedang membangun ekosistem baru. Kalau kerja sama ini bisa menjaga masa depan anak-anak kita, saya yakin itu layak kita perjuangkan,” ungkapnya.***